SETETES HIKMAH DARI SEJARAH IBNU HAJAR

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Ibnu Hajar, sekilas kita mendengar nama tersebut tentunya akan teringat kitab Bulughul Marom yang dikarang oleh beliau yang bernama lengkap Syihabuddin Ahmad bin Ali Muhammad bin Hajar al-Syafi' al-Asqalani. Kairo, 23 Sya'ban th 773 H adalah tempat kelahiran Sang Guru kita. Kendatipun ia lahir dan tumbuh di Kairo Mesir, namun gelar yang menempel pada dirinya adalah Asqalani dan digelar pulah dengan Ibnu Hajar.

Ibnu Hajar,Ibnu dalam kamus bahasa arab berarti anak laki-laki sedangkan Hajar berati batu, mengapa gelar sang imam ini memiliki gelar Asqalan dan Ibnu Hajar? Kita akan bahas dalam kesempatan kali ini.
Al-Asqolani, gelar yang menempel pada dirinya adalah Asqalan, suatu daerah di Palestina. Menurut catatan sejarah nenek moyang maha guru ini pindah dari Asqolan ke Mesir pada tahun 573 H yaitu pada waktu kekuasaan Shalahuddin al-Ayyubi. Latar belakang hijrahnya Ibnu Hajar dari asqolan menuju mesir dikarenakan takut akan penyerbuan tentara salib. 

Di Mesir, Keluarga Ibnu Hajar mendapatkan penghargaan yang besar dari Shalahuddin, sehingga mereka dengan tenang bisa menetap di Kairo dan Iskandariah. Mereka pun berbaur dan menikah dengan penduduk Mesir, sehingga lambat laun mereka pun telah menjadi warga negara Mesir dan bangga dengan negeri para nabi ini. Ibnu Hajar pernah berkata :” "Mesir adalah tempat yang mampu menyenangkanku, tempat aku bermain, tanah airku yang pertama, tujuan hajat keinginanku, tempat aku bermain dengan kawan-kawanku, tempat rekreasi mataku, tempat munculnya bulanku dan terbenamnya pikiran-pikiranku”. Itulah sekilas informasi mengapa Ibnu Hajar digelar dengan Al-Asqolani wallah a’lam.

Ibnu Hajar, Ibnu dalam kamus bahasa arab berarti anak laki-laki sedangkan Hajar berati batu, jika digabungkan dua kalimat ini (Ibnu dan Hajar) maka akan berarti “anak batu”. Di saat masih duduk di bangku madrasah Tsanawiyah saya mendengar kisah Ibnu Hajar dari seorang ustadz yang bernama Syamsul Mudir kemudian saya ta,kidkan kepada ustadz Guntara Nugraha Adiana Poetra Lc , tentang gelar ibnu Hajar (Anak Batu) mengapa demikian……….?

Telah masyhur dikalangan muslimin bahwa sang guru kita ini selama hidup beliau menyelamkan diri dalam dunia pendidikan (FI THOLBIL I,LMI). Suatu ketika Ibnu Hajar menuntut ilmu kepada seorang guru selama bertahun-tahun, akan tetapi Ibnu Hajar belum mendapatkan sedikitpun ilmu dari sang guru tersebut, maka timbul dalam pikiran untuk kembali ke kampung halaman. Setelah memutuskan untuk musafir ke kampung halaman dalam perjalanan tiba-tiba hujan maka Ibnu Hajar mencari perteduhan pada saat itu tak ada perteduhan kecuali goa di bawah kaki gunung. Maka beliau memutuskan untuk berteduh di goa tersebut, setelah sekian jam berteduh ia melihat batu yang sangat besar, padat, tertetesi air hujan sedikit demi sedikit dan ternyata batu tersebut bisa bocor akibat hantaman tetesan air tersebut.

Pada saat itu pulah sifat tafakkurnya muncul, “Batu saja yang begitu sangat keras, padat, tertetesi air hujan tapi ternyata bisa bocor akibat hantaman tetesan air tersebut” beliau membandingkan dengan akal dan pikirannya yang dianggapnya keras, beliau berkesimpulan bahwa suatu saat jika saya tekun belajar maka akal, pikiranku akan cair sebagaimana batu tersebut bocor. Maka kembalilah kepada sang guru untuk belajar dengan tekun dan menhafal ribuan hadits, lahirlah kitab Bulughul Marom karena ketekunan beliau dalam bidang hadits.

Di eraglobalisasi ini, di zaman serba modern, canggih, adakah Ibnu Hajar ….? Yang tak pernah mengenal lelah, tak mengenal usia, tak mengenal putus asah dalam menuntut ilmu, sejak awal sampai sekarang realita di Negeri seribu benteng (Maroko) dari yang ABG (anak baru gede) sampai kepada orang yang rambutnya sudah putih statusnya masih Mahasiswa S1.

Oleh karena itu, teman-teman, saudara-saudaraku tuntutlah ilmu di mana, dan kapanpun, marilah meniru semangat Ibnu Hajar dalam menuntut ilmu. Semoga ulasan ini bermamfaat kepada para pembaca terkhusus kepada seluruh umat islam, jika terdapat kekeliruan dalam tulisan ini mohon dimaafkan karena al-katib adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar miisjtg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger